Ilhan Omar dan Rasisme Politik Amerika

- Senin, 6 Februari 2023 | 10:08 WIB
Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali
Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali


Oleh: Shamsi Ali

Salah satu hal yang dapat dikagumi dari Amerika adalah institusi demokrasi dan politik yang solid. Semua ini tentunya didukung oleh soliditas ekonomi, pendidikan (intelektualitas) dan lain-lain, yang akhirnya membawa kepada stabilitas kehidupan publik yang stabil.

Sesuatu yang harus diakui bahwa Amerika tetap stabil bahkan di saat terjadi goncangan politik yang tidak wajar. Contoh terdekat adalah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden negara ini, yang kemudian berujung kepada kekerasan di Capital Hill tanggal 6 Januari tahun 2020 lalu. Sebuah peristiwa yang pastinya mencoreng wajah negara yang dikenal sebagai mbahnya demokrasi dunia.

Pada aspek ini saya dan pastinya banyak orang angkat jempol mengakui kebehebatan Amerika. Bahwa Amerika tidak lagi bergantung kepada figuritas atau tokoh-tokoh politik. Wajah Amerika tidak ditentukan misalnya oleh ketua-ketua partai, bahkan Presiden sekalipun. Tapi oleh institusi yang solid. Sehingga pergantian figur atau tokoh politik tidak banyak menggoncang kehidupan publik Amerika.

Namun di balik dari semua yang elok itu ada sisi kelam. Di balik dari semua hingar bingar kehebatan Amerika itu, terdapat penyakit yang symptomnya kerap nampak secara halus tapi nyata. Penampakan itu kerap tidak dirasakan karena dibumbui oleh pengakuan manisnya demokrasi itu sendiri.

Penyakit yang saya maksud adalah kuatnya pengaruh rasisme dalam proses demokrasi dan politik di Amerika Serikat. Bahwa seringkali rasisme itu hijacked (menculik) kepentingan negara, bahkan menculik nilai demokrasi itu sendiri.

Satu contoh adalah rasisme politik dipertontonkan tanpa malu-malu baru-baru ini. Di mana seorang anggota Kongress dari kalangan Demokrat, wanita, imigran, berkulit hitam, dan Muslim, dicopot dari posisinya sebagai anggota Komite Hubungan Luar Negeri di Kongress.

Baca Juga: Kado Satu Abad NU, Jadilah Lebih Berkontribusi Nyata Bagi NU dan NKRI

Dia adalah Ilhan Omar. Seorang wanita muda keturunan Somalia, bernama Islam dan berhijab, datang sebagai imigran dan pengungsi ke negara ini ketika masih berumur 7 tahun. Sejak itu tinggal di negara bagian Minnesota dan tumbuh menjadi seorang aktifis muda.

Di saat masih berumur 34 tahun Ilhan Omar terpilih menjadi anggota Kongress Amerika, sebuah badan legislasi paling bergengsi di dunia. Wanita muda kelahiran Oktober 1982 itu membuat sejarah baru bagi Komunitas Muslim Amerika, bahkan sejarah bagi negara ini sendiri.

Bagi Komunitas Muslim Ilhan Omar adalah representasi yang sangat ideal. Pertama karena dia adalah imigran yang menggambarkan bahwa Amerika adalah memang bangsa Imigran. Selain itu Ilhan bersama Rashida Thlaib dari Michigan adalah dua wanita Muslimah yang pertama kali terpilih menjadi anggota Kongress Amerika. Tapi khusus untuk Ilhan dia adalah wanita berhijab pertama yang terpilih menjadi anggota Kongress.

Bagi Amerika tepilihnya Ilhan Omar juga menjadi catatan sejarah dalam banyak hal. Satu yang paling khusus adalah bahwa Ilhan Omar akan menjadi anggota Kongress pertama yang memakai hijab di negara super power ini.

Terpilihnya Ilhan sebagai wanita berhijab pertama di Kongress juga menimbulkan masalah baru. Hal itu karena Kongres ada aturan bahwa semua anggota Kongress ketika mengikuti sidang resmi di gedung Kongress tidak diperkenankan memakai penutup kepala. Dan ini berlaku bagi siapa saja. Termasuk bagi pria Yahudi yang harus memakai Kippah (songkok kecil).

Baca Juga: Bisnis Pesan Makanan dan Minuman Daring Menggiurkan

Sekarang ada seorang wanita Muslimah yang terpilih dan memakai penutup kepala (hijab). Apakah harus melepaskan hijabnya di saat mengikuti sidang? Padahal bagi Ilhan, hijab adalah bagian dari praktek agama yang juga dijamin oleh Konstitusi.

Halaman:

Editor: Wandi Ruswannur

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Memaknai Keberkahan Ramadan - 08

Jumat, 31 Maret 2023 | 04:37 WIB

Memaknai Keberkahan Ramadan - 07

Rabu, 29 Maret 2023 | 19:31 WIB

Memaknai Keberkahan Ramadan - 06

Selasa, 28 Maret 2023 | 04:48 WIB

Keajaiban Jumlah Raka'at Shalat Tarawih

Senin, 27 Maret 2023 | 14:32 WIB

Memaknai Keberkahan Ramadan - 05

Senin, 27 Maret 2023 | 05:24 WIB

Memaknai Keberkahan Ramadan - 04

Minggu, 26 Maret 2023 | 04:43 WIB

Jalan Tengah (2)

Sabtu, 25 Maret 2023 | 13:09 WIB

Memaknai Keberkahan Ramadan - 03

Sabtu, 25 Maret 2023 | 10:50 WIB

Jalan Tengah (1)

Jumat, 24 Maret 2023 | 04:31 WIB

Memaknai Keberkahan Ramadan - 02

Kamis, 23 Maret 2023 | 20:43 WIB

Ramadhan Bulan Ampunan

Kamis, 23 Maret 2023 | 04:46 WIB

Memaknai Keberkahan Ramadan - 01

Rabu, 22 Maret 2023 | 00:12 WIB

Mengenal Allah: Kunci Kebahagiaan

Sabtu, 18 Maret 2023 | 07:12 WIB

Satu Persen APBN Untuk Diplomasi Budaya

Jumat, 17 Maret 2023 | 22:20 WIB

Sekulerisme: Ideologi Jaringan Koruptor

Jumat, 17 Maret 2023 | 08:36 WIB

Memindahkan Kebesaran Al Azhar Mesir ke Indonesia

Kamis, 16 Maret 2023 | 08:51 WIB
X